1) Sejarah Batak Toba
Ø Kerajaan Batak
Pada masa Kerajaan Batak yang
berpusat di Bakara, Kerajaan Batak yang
dalam pemerintahan dinasti Sisingamangaraja membagi Kerajaan Batak dalam
4 (empat) wilayah yang disebut Raja Maropat,
yaitu:
Ø Penjajahan Belanda
Pada masa penjajahan Belanda,
pemerintah Belanda membentuk Keresidenan Tapanuli pada
tahun 1910. Keresidenan Tapanuli terbagi
atas 4 (empat) wilayah yang disebut afdeling dan
saat ini dikenal dengan kabupaten atau kota, yaitu:
1. Afdeling
Padang Sidempuan, yang sekarang
menjadi Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara,
dan Kota Padang Sidempuan.
3. Afdeling Sibolga dan Ommnenlanden,
yang sekarang menjadi Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga.
4.
Afdeling
Bataklanden, yang sekarang
menjadi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Samosir, Kabupaten Dairi,
dan Kabupaten Pakpak Bharat.
Ø Penjajahan Jepang
Ø Awal kemerdekaan RI
Setelah kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia pun tetap menjadikan Tapanuli menjadi sebuah keresidenan. Dr.
Ferdinand Lumban Tobing merupakan Residen
Tapanuliyang pertama.
Ada sedikit perubahan dilakukan pada nama. Namun
pembagian wilayah tetap sama. Nama Afdeling
Bataklanden misalnya diubah
menjadi Luhak
Tanah Batak dan luhak pertama yang diangkat adalah Cornelius
Sihombing yang pernah menjabat
sebagai Demang
Silindung. Nama onderafdeling pun diganti
menjadi urung dan para demang yang memimpin onderafdeing diangkat menjadi Kepala Urung. Onderdistrik pun menjadi Urung Kecil yang dipimpin oleh Kepala
Urung Kecil yang dulu adalah
sebagai Assistent
Demang.
Seiring dengan perjalanan sejarah, pemerintahan
di Keresidenan
Tapanuli pernah dibagi dalam 4
(empat) kabupaten, yaitu:
Ø Kultural Batak Toba
Batak Toba adalah suatu kesatuan kultural. Batak
Toba tidak mesti tinggal diwilayah geografis Toba, meski asal-muasal adalah
Toba. Sebagaimana suku-suku bangsa lain, suku bangsa Batak Tobapun bermigrasi
kedaerah-daerah yang lebih menjanjikan penghidupan yang labih baik. Contoh,
mayoritas penduduk asli Silindung adalah marga-marga Hutabarat, Panggabean,
Simorangkir, Hutagalung, Hutapea dan Lumbantobing. Padahal ke-enam marga
tersebut adalah turunan Guru Mangaloksa yang adalah salah- seorang anak Raja
Hasibuan diwilayah Toba. Demikian pula marga Nasution yang kebanyakan tinggal
wilayah Padangsidimpuan adalah saudara marga Siahaan di Balige, tentu kedua
marga ini adalah turunan leluhur yang sama. Batak Toba sebagai kesatuan
kultural pasti dapat menyebar ke berbagai penjuru melintasi batas-batas
geografis asal leluhurnya, si Raja Batak yakni wilayah Toba yang secara
spesifik ialah Desa Sianjur Mulamula terletak di lereng Gunung Pusuk Buhit,
kira-kira 45 menit berkendara dari Pangururan, Ibukota Kabupaten Samosir,
sekarang.
Ø Penyerahan kedaulatan awal 1950
Ketika
penyerahan kedaulatan pada permulaan 1950, Keresidenan
Tapanuli yang sudah disatukan
dalam Provinsi Sumatera Utara dibagi dalam 4 (empat) kabupaten baru, yaitu:
Ø Sekarang
Pada Desember 2008 ini, Keresidenan
Tapanuli disatukan dalam Provinsi Sumatera
Utara. Toba saat ini masuk dalam
wilayah KabupatenToba
Samosir yang beribukota di Balige.
Kabupaten Toba Samosir dibentuk berdasarkan
Undang-Undang No 12. Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II
Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal, di Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Toba Samosir ini merupakan pemekaran dari Daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Utara.
1)
Agama
– agama di Batak Toba
Pada
abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi sumatera selatan . Agama kristen masuk sekitar tahun
1863 dan penyebaranya meliputi sumatera utara. Walaupun demikian banyak sekali
masyarakat batak di daerah pedesaan yang masih mempertahankan konsep asli religi penduduk batak. Ugamo Malim
adalah agama asli yang dianut Bangso Batak sebelum agama Islam, Kristen dan
Katolik dianut sebagian besar Batak Toba. Penganut Ugamo Malim disebut
Parmalim, pimpinan tertinggi Ugamo Malim adalah Raja Sisingamangaraja I-XII.
Saat ini Parmalim yang tersisa di Tano Batak hanya sekitar 10.000 orang. Ugamo
Malim terpusat di Huta Tinggi, Laguboti Kabupaten Tobasa. Pimpinan Parmalim
bernama Raja Marnangkok Naipospos, meneruskan kepemimpinan Raja
Sisingamangaraja Sinambela XII.
Yang menarik
adalah Ugamo Malim ini memiliki banyak kesamaan dan kemiripan dengan Agama
Yahudi Kuno. Ugamo Malim telah diturunkan dari generasi ke generasi oleh
Leluhur Bangso Batak (30-35 generasi) berdasarkan Tarombo (Silsilah) yang
dimiliki Bangso Batak, satu generasi sekitar 25 tahun.
Tuhan dalam kepercayaan Malim
adalah "Debata Mula Jadi Na Bolon"
(Tuhan YME) : bertempat tinggal dilangit dan merupakan
maha pencipta, yang menciptakan manusia, langit, bumi dan segala isi alam
semesta yang disembah dan bertempat tinggal diatas langit dan
mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukanya oleh "Umat Ugamo Malim" ("Parmalim"). Agama Malim terutama
dianut oleh suku Batak Toba di provinsi Sumatera Utara. Sejak dahulu kala terdapat
beberapa kelompok Parmalim namun kelompok terbesar adalah kelompok Malim yang
berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Kab. Toba
Samosir. Hari Raya utama Parmalim disebut Si Pahasada (yaitu
'[bulan] Pertama') serta Si Pahalima (yaitu '[bulan] Kelima) yang secara meriah
dirayakan di kompleks Parmalim di Huta Tinggi. Pimpinan Parmalim saat
ini Raja Marnangkok Naipospos. Lalu
ada jua kepercayaan “Siloan Na Balom” :
berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus. Dalam hubungannya dengan roh
dan jiwa orang batak mengenal tiga konsep yaitu : Tondi:
jiwa atau roh; Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang
dimiliki seseorang; Begu : Tondinya orang yang sudah
mati. Orang batak juga percaya akan kekuatan sakti dari jimat yang
disebut Tongkal.
2)
Nilai
– nilai dan Keyakikan Batak Toba
Menurut
pandangan orang Batak Toba, kebudayaan memiliki sistem nilai budaya yang amat
penting, yang menjadi tujuan dan pandangan hidup mereka secara turun temurun
yakni kekayaan (hamoraon) adalah harta milik berwujud materi maupun non materi
yang diperoleh melalui usaha atau warisan, banyak keturunan (hagabeon) juga
termasuk dalam kategori kekayaan karena banyak keturunan ialah mempunyai banyak
anak, cucu dan termasuk kepada pemilikan tanah atau ternak dan kehormatan
(hasangapon) merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas wibawa dan
martabat seseorang. Metode pencapaian pandangan hidup ini diatur oleh struktur
sosial “Dalihan na tolu” yang keberadaannya berdasarkan sistem garis keturunan
patrilinear (garis bapak) berwujud marga. Kemudian, aplikasi stuktur itu
dijabarkan di dalam sisitem sosial berupa tatanan adat istiadat, kepercayaan
dan idealisme.
3)
Rumah Adat Batak Toba
Rumah
ini memiliki bentuk berupa bangunan empat persegi panjang yang ditempati oleh 5
sampai 6 keluarga dan dihiasi ukiran khas Batak seperti ornamen yang mengandung
unsur mistis penolak bala yang disebut Gorga. Biasanya ukiran ini ditempatkan
di dinding rumah bagian luar, lebih tepatnya di atas pintu berupa lukisan
berwarna merah, hitam, dan putih.
Lukisan
tersebut biasanya berupa hewan seperti cicak, ular ataupun juga kerbau. Gorga
yang dilukis dengan hewan cicak, memiliki arti bahwa orang Batak mampu bertahan
hidup dimanapun ia berada, walaupun sedang merantau ke daerah yang sangat jauh.
Hal ini dikarenakan orang Batak mempunyai rasa persaudaraan yang sangat kuat
dan tidak terputus antara sesama sukunya meski berada di tempat atau di daerah
lain.
Sementara
itu, untuk Gorga yang dilukis dengan gambar kerbau, memiliki makna sebagai
ucapan terima kasih atas bantuan kerbau yang telah membantu kaum manusia dalam
pekerjaan ladang pertanian. Rumah ini mempunyai keindahan yang dapat dilihat
dengan jelas. Keindahan yang ada pada rumah adat Batak ini juga merupakan ciri
khas tersendiri.
Keindahan
lain terletak pada pelindung rumah yang memiliki dua ujung berbentuk lancip di
bagian depan dan juga di bagian belakang atap rumah. Akan tetapi, pada bagian
belakang dari atap rumah pelindung ini lebih panjang. Hal ini dikarenakan orang
Batak mempercayai bahwa hal tersebut berguna agar keturunan dari pemilik rumah
tersebut nantinya akan lebih sukses dari saat ini.
Bentuk
rumah ini layaknya rumah panggung yang ditopang oleh tiang-tiang penyangga
dengan tinggi sekitar 1,75 meter. Tingginya tiang-tiang penopang rumah ini
menyebabkan penghuni rumah atau tamu yang hendak masuk ke dalam rumah harus
menggunakan tangga dengan jumlahnya yang selalu ganjil. Tangga rumah ini
terletak di tengah-tengah badan rumah, sehingga jika ada tamu yang ingin masuk
harus menunduk untuk berjalan ke tangga.
Hal
ini memiliki filosofi, seseorang harus menghormati tuan rumah dengan cara
menunduk saat memasukinya. Bagian dalam rumah ini adalah sebuah ruang kosong
besar dan terbuka tanpa kamar. Sedangkan tiang-tiang dasar digunakan untuk
menopang tiap sudut rumah, termasuk juga lantai dari rumah ini.
Rumah
ini memiliki atap yang melengkung pada bagian depan dan belakang, dan atap
berbentuk seperti pelana kuda. Rumah ini memiliki kolong yang digunakan sebagai
tempat memelihara hewan seperti kerbau, ayam, dan sebagainya.
4)
Upacara Adat di Batak
Toba
A.
Upacara Kelahiran
1. Upacara adat Mangirdak atau
Mangganje atau Mambosuri boru (adat tujuh bulanan).
Upacara adat Mangirdak adalah upacara yang diterima oleh seorang ibu yang
usia kandungannya tujuh bulan. Dalam suku batak apabila seorang putra batak
menikah dengan dengan seorang perempuan baik dari suku yang sama maupun yang
beda, ada beberapa aturan atau kebiasaan yang harus dilaksanakan. Sebagai
contoh, seorang putra batak yang bermarga Pardede menikah maka sudah merupakan
kebiasaan jika orangtua dari istri disertai rombongan dari kaum kerabat datang
menjenguk putrinya dengan membawa makanan ala kadarnya ketika menjelang
kelahiran, hal kunjungan ini disebut dengan istilah Mangirdak (membangkitkan
semangat). Makna spiritualitas yang terkandung adalah kewibawaan dari seorang
anak laki-laki dan menunjukkan perhatian dari orangtua si perempuan dalam
memberikan semangat.
2. Pemberian Ulos Tondi
Ada juga kerabat yang datang itu dengan melilitkan selembar ulos yang
dinamakan ulos tondi (ulos yang menguatkan jiwa ke tubuh si putri dan
suaminya). Pemberian ulos ini dilakukan setelah acara makan. Makna spiritualitas
yang terkandung adalah adanya keyakinan bahwa pemberian ulos ini dapat
memberikan ataupun menguatkan jiwa kepada suami istri yang baru saja mempunyai
kebahagiaan dengan adanya kelahiran.
3. Martutu Aek .
Pada hari ketujuh setelah bayi lahir, bayi tersebut dibawa ke pancur dan
dimandikan dan dalam acara inilah sekaligus pembuatan nama yang dikenal dengan
pesta Martutu Aek yang dipimpin oleh pimpinan agama saat itu yaitu Ulu Punguan.
Hal ini telah ditentukan oleh sibaso tersebut dan dilakukan pada waktu
pagi-pagi waktu matahari terbit kemudian sang ibu menggendong anaknya yang
pergi bersama-sama dengan rombongan para kerabatnya menuju ke suatu mata air
dekat kampung mereka. Setelah sampai disana, bayi dibaringkan dalam keadaan
telanjang dengan alaskan kain ulos. Kemudian sibaso menceduk air lalu
menuangkannya ke tubuh si anak, yang terkejut karenanya dan menjerit tiba-tiba.
Melalui ritus ini, keluarga menyampaikan persembahan kepada dewa-dewa terutama
dewi air Boru Saniang Naga yang merupakan representasi kuasa Mulajadi Nabolon
dan roh-roh leluhur untuk menyucikan si bayi dan menjauhkannya dari kuasa-kuasa
jahat sekaligus meminta agar semakin banyak bayi yang dilahirkan (gabe).
Upacara martutu aek biasanya dilanjutkan dengan membawa si bayi ke pekan (maronan,
mebang). Kita tahu pada zaman dahulu pekan atau pasar (onan) terjadi satu kali
seminggu. Onan adalah simbol pusat kehidupan dan keramaian sekaligus simbol
kedamaian. Orangtua si bayi akan membawa bayi ke tempat itu dan sengaja membeli
lepat (lapet) atau pisang di pasar dan membagi-bagikan kepada orang yang
dikenalnya sebagai tanda syukur dan sukacitanya. Pada acara marhata sesudah
makan, maka diumumkan lah nama si bayi. Bila anak yang lahir ini adalah anak
pertama maka sudah biasa bila ada pemberian sawah oleh orangtua serta mertua
untuk modal kerja . Namun pada saat pemberian nama pada waktu itu, peran dari
sibaso sangat besar karena keluarga meminta rekomendasi sibaso untuk sebuah
nama, jika sibaso tidak menyetujui nama yang dianggapnya tidak baik maka
orangtua dari si bayi pun akan mengganti nama itu. Makna spiritualitas yang
terkandung adalah memberikan kekuatan kepada tubuh si anak yang lahir dimana
dengan adanya persembahan-persembahan kepada dewi air Boru saniang naga
sehingga si anak kelak mempunyai daya tahan tubuh yang kuat dan tidak mudah
terserang penyakit.
4. Upacara adat Mangharoan.
Upacara adat mangharoan (dibaca:Makkaroan) adalah upacara adat yang
dilaksanakan setelah dua minggu kelahiran bayi untuk menyambut kedatangan bayi
tersebut dalam keluarga tersebut. Ada kalanya diadakan lagi makan bersama ala
kadarnya di rumah keluarga yang berbahagia itu yang dikenal dengan istilah
mengharoani (menyambut tibanya sang anak). Ada juga yang menyebutnya dengan
istilah mamboan aek si unte karena pihak hula-hula membawa makanan yang akan
memperlancar air susu sang ibu. Makna spiritualitas yang terkandung adalah
yaitu menunjukkan kedekatan dari hula-hula terhadap si anak yang baru lahir dan
juga terhadap si ibu maupun ayah dari si anak itu.
5. Upacara adat Marhajabuan.
Upacara adat marhajabuan adalah upacara adat pernikahan sesuai dengan adat
Batak Toba, marhajabuan(berumah-tangga) artinya setiap masyarakat batak yang
akan berumah tangga atau menikah harus melalui sebuah pesta adat tidak boleh
hanya dibaptis di gereja atau hanya sekedar akad nikah. Acara ini akan dihadiri
oleh seluruh sanak keluarga dari pihak pria maupun wanita dan diadakan
pemberian ulos kepada pasangan yang menikah. sudah tidak dilakukan lagi karena
dianggap tidak sesuai dengan ajaranagama.
A. Upacara Kematian
1. Sari Matua adalah istilah
dimana seseorang yang meninggal dunia apakah suami atau isteri yang sudah
bercucu baik dari anak laki-laki atau putri atau keduanya, tetapi masih ada di
antara anak-anaknya yang belum kawin (hot ripe).
2. Saur Matua adalah istilah
dimana seseorang yang ketika meninggal dunia dalam posisi “Titir maranak, titir
marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru”. Tetapi sebagai umat
beragama, hagabeon seperti diuraikan diatas, belum tentu dimiliki seseorang.
Artinya seseorang juga berstatus saur matua seandainya anaknya hanya laki-laki
atau hanya perempuan, namun sudah semuanya hot ripe dan punya cucu.
3. Mauli Bulung adalah istilah
dimana seseorang yang meninggal dunia dalam posisi titir maranak, titir
marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru sahat tu namar-nini, sahat
tu namar-nono dan kemungkinan ke marondok-ondok (Seseorang yang beranak pinak,
bercucu, bercicit mungkin hingga ke buyut). yang selama hayatnya, tak
seorangpun dari antara keturunannya yang meninggal dunia (manjoloi). Dapat
diprediksi, umur yang Mauli Bulung sudah sangat panjang, barangkali 90 tahun
keatas, ditinjau dari segi generasi. Mereka yang memperoleh predikat mauli
bulung sekarang ini sangat langka.
4. Martilaha (anak yang belum berumah
tangga meninggal dunia).
5. Mate Mangkar (yang
meninggal suami atau isteri, tetapi belum berketurunan).
6. Matipul Ulu (suami atau
isteri meninggal dunia dengan anak yang masih kecil-kecil).
7. Matompas Tataring (isteri
meninggal lebih dahulu juga meninggalkan anak yang masih kecil).
8. Mangokal Holi (menggali
tulang belulang orang yang sudah meninggal selama 10-15 tahun). Untuk
menyatukan tulang belulang orang yang sudah meninggal tadi dengan keluarganya
yang lain dalam suatu kuburan adat dalam bentuk rumah.
5)
Tarian di Batak Toba
·
Pengertian Tari Tortor Tarian
Daerah Batak Toba Sumatera Utara.
Tari Tortor ini merupakan jenis tarian purba yang dapat dijumpai di
daerah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba
Samosir dan Samosir. Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik
yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling,
terompet batak, dan lain-lain. Tari Tor-tor juga mengalami pengaruh dari luar
yaitu India. Bahkan jika ditelusuri lebih jauh pengaruhnya bisa tercatat hingga
ke Babilonia.
Kata "Tor-tor" berasal dari suara entakan kaki penarinya di atas
papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan Gondang. Tarian ini
biasa ditampilkan saat ada ritual panen, kematian, dan penyembuhan.
·
Arti Tari Tortor
Menurut sejarah, tari tortor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan
dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan masuk ke patung-patung batu yang
merupakan simbol leluhur. Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak
seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa
gerakan kaki jinjit-jinjit dan gerakan tangan.
·
Jenis Tari Tortor
Berikut jenis tari Tortor :
1. Tari tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini
biasanya digelar pada saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai, tempat dan
lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar
jauh dari mara bahaya.
2. Tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang
mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya
piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).
3. Tari tor tor Tunggal Panaluan yang
merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda
musibah. Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk
solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab tongkat tunggal panaluan adalah
perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua
bawah.
6)
Lagu
1.
Lagu Anakkon Hi, Do Hamoraoan di Au. Lagu ini
mengajarkan tentang bagaimana merawat dan mendidik anak dengan benar.
Makna lagu Anakkon Hi, Do Hamoraoan
di Au menekankan bahwa pendidikan anak merupakan hal yang
paling utama di atas segalanya. Tidak perlu beli baju baru, mainan atau
perhiasan yang penting anak bisa sekolah setinggi-tingginya.
Kutipan Lirik:
“Hugogo pe mansari, arian nang
bodari ndada pola marsak au disi, alai anakkonhi da ikkon do sikkola sikkap
sian natolap gogoki. Nang so Tarithon au pe akka dongan ndada pola marsak au di
si. Marsedan marberlian, marcincin nang margolang, nadada pola marsak au disi” (Aku kerja siang malam, tak masalah asalkan anakku bisa sekolah sekuat
tenagaku. Walaupun aku tak bisa mengikuti gaya hidup teman-temanku, aku tidak
masalah. Beli sedan, Koleksi berlian, Cincin atau Gelang,Tak masalah bagiku)
Lagu mungkin yang memberikan inspirasi pada
masyarakat Batak yang sampai saat ini sangat mempedulikan pendidikan
anak-anaknya.
2.
Lagu Anakku Naburju bercerita
tentang kisah sukses diperantauannya. Anak tersebut meraih kesuksesan setelah
tekun dan ulet dalam menggapai cita-cita. Mungkin lagu inilah yang banyak
menginsipirasi orang Batak. Kebanyakan masyarakat Batak memiliki prinsip tidak
akan pulang ke kampung halaman jika belum sukses di perantauan.
Kutipan Lirik:
“Dung Hupaborhat Ho, namarsikkola I tuluat nadao I amang, benget do
ho amang, benget do ho manaon nahansit i. anggiat ma ture sude hamu pinoppar hi
amang, marsiamin-aminan, marsitukkol-tukkolan, songon suhat dirobeani”
(Setelah kuberangkatkan sekolah ke kota yang jauh, engkau bijak dan tekun
belajar dan tahan hidup dengan ala kadarnya. Semoga kehidupan kalian semakin
baik anakku, dan saling tolong-menolong dan mengasihi).
3.
Lagu Boru Panggoran merupakan lagu yang sangat populer
dan sarat dengan makna serta pesan moral. Dalam masyarakat Batak, keberadaan
laki-laki itu sangat penting dalam perannya memimpin keluarga. Oleh karena itu
terkadang bila ada keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki dipandang
sebelah mata.
Lagu Boru Panggoran bercerita tentang harapan orang tua
pada putrinya agar selalu berusaha untuk meraih sukses walaupun banyak
tantangan yang harus dihadapi.
Kutipan Lirik:
“Ho Do Borukku, tappuk ni
ate-ateki. Tappuk ni pusu-pusuki. Burju-burju Ma Ho namarsikkola I, asa dapot
ho nasinitta ni rohami”
(Engkaulah Putriku, belahan
hatiku. Rajinlah dan tekunlah belajar agar Cita-citamu tercapai di kemudian
hari).
4.
Lagu Poda merupakan lagu yang sering dibawakan
masyarakat Batak dalam acara-acara keberhasilan seseorang atau ketika ada yang
baru berangkat di perantauan. Lagu ini bercerita tentang nasehat orang tua
kepada anaknya agar selalu berbuat baik dan bisa menjaga diri.
Kutipan Lirik:
“Ai Damang Do sijujung Baringin,Di au Amangmon. Jala Ho Silehon
Dalan Di angggi Ibotomi, Ipe Ingot maho amang, di akka Podakki, asa taruli ho
di luat nadao I”
(Kaulah anakku pembawa harapan
untukku ayahmu, Kau jugalah yang membuka jalan sukses untuk adek-adekmu,
Ingatlah nasehatku ini supaya hidupmu bahagia di perantauan).
7)
Musik
Musik
adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan
keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat
menghasilkan bunyi-bunyian.(wikipedia)
Alat
musik tradisional merupakan alat musik yang berkembang dalam masyarakat
tertentu, biasanya musik tradisional sangat berkaitan erat dengan adat istiadat
suatu suku/etnis
Untuk
mendeskripsikan musik dan ensambel musik, baik yang solo instrumen, pendekatan
yang dilakukan adalah bersifat organologi dengan sistem pengklasifikasian alat
musik berdasarkan Horn von Bostel dan Curt Sach yang membagi alat musik berdasarkan
lima kategori besar, yaitu :
1.
Idiofon, yaitu alat musik dengan karakter dimana badannya sendiri
yang menghasilkan bunyi utama.
2.
Kordofon, yaitu alat musik yang suaranya dihasilkan akibat getaran
senar atau dawai.
3.
Membranofon, yaitu alat musik yang
menghasilkan bunyi dari getaran membran atau kulit.
4.
Aerofon, yaitu alat musik yang
menghasilkan bunyi akibat getaran udara.
5.
Elektrofon, yaitu alat musik yang
bunyinya berdasarkan kekuatan listrik.
Contoh musik batak : Musik Gondang (Gondang Marnini
Marnono) biasanya digunakan pada saat adat pernikahan suku batak. Alunan lagu
yang hanya memakai Gondang (alat musiknya). Fungsi Gondang itu sebagai
permohonan kepada yang Maha Kuasa agar pengantin diberikan kelanggengan dalam
pernikahannya sampai beranak cucu.
8)
Seni
Tari Tortor
menjadi salah satu kesenian yang paling menonjol dalam kebudayaan masyarakat
Batak Toba. Manortor (menari, bahasa Batak Toba) merupakan lambang bentuk
syukur kepada Mulajadi Nabolon, dewa pencipta alam semesta, dan rasa hormat
kepada hula-hula dalam konsep kekeluargaan mereka. Oleh karena itu, tari ini biasanya
dilakukan dalam upacara ritual, ataupun dalam upacara adat, seperti acara
pernikahan.
·
Seni Musik
Sejumlah alat
musik juga menjadi bagian dalam pelaksanaan upacara ritual dan upacara adat
dalam kebudayaan orang-orang Batak Toba. Dua jenis ansambel musik, gondang
sabangunan dan gondang hasapi merupakan alat musik tradisional yang paling
sering dimainkan. Menurut mitologi etnik Batak Toba, kedua alat musik tersebut
merupakan milik Mulajadi Nabolon, sehingga harus dimainkan untuk menyampaikan
permohonan kepada sang dewa.
·
Seni
Kerajinan
Martonun, atau
keterampilan dalam membuat kais ulos dengan alat tenun tradisional, merupakan
salah satu seni kerajinan dalam tradisi adat Batak Toba, yang hingga saat ini
masih bisa dijumpai di pedalaman Pulau Samosir dan daerah-daerah lainnya di
sekitar Danau Toba. Masyarakat Batak Toba melakukan berbagai seni kerajinan
sesuai dengan peran dan fungsinya dalam struktur adat dan religi yang mereka
percaya.
·
Seni Sastra
Ada banyak seni
sastra yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, meliputi sastra
lisan dan sastra tulisan. Beragam cerita rakyat, seperti terjadinya Danau Toba
dan Batu Gantung, menjadi legenda yang sampai saat
ini masih bisa kita dengar. Pantun-pantun yang disebut umpasa juga ada dalam
kebudayaan Batak Toba, yang menjadi kearifan lokal etnik tersebut. Semua seni
sastra itu memiliki makna filosofis dalam kehidupan mereka.
·
Seni Rupa
Seni pahat dan
seni patung menjadi keterampilan utama dalam seni rupa tradisional yang hidup
di Batak Toba. Ukiran-ukiran yang terdapat gorga atau ornamen rumah adat
mereka, menjadi bukti keindahan dari seni pahat masyarakat Batak Toba.
Sedangkan, seni patung bisa dilihat dari banyak peralatan tradisional, seperti
sior dan hujur (panah), losung gaja (lesung besar), serta parpagaran dan
sigale-gale (alat untuk memanggil kekuatan gaib).
Contoh : Gorga Gajah Dompak ini bermakna sebagai
simbol kebenaran bagi orang batak, artinya manusia mengetahui hukum yang benar
yang diturunkan oleh Tuhan atau dalam bahasa bataknya Mula Jadi Na Bolon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar