Logo

Logo

Kamis, 02 November 2017

All About Batak Toba

          Suku Batak Toba (Latin: Batak Toba) merupakan sub atau bagian dari suku bangsa BatakSuku Batak Toba meliputi Kabupaten Toba SamosirKabupaten Humbang HasundutanKabupaten SamosirKabupaten Tapanuli Utara, sebagian Kabupaten DairiKabupaten Tapanuli TengahKota Sibolga dan sekitarnya. Suku batak toba adalah bagian dari suku batak yang berasal dari daerah di Sumatra Utara, terutama berdiam di kabupaten Tapanuli Utara yang wilayahnya meliputi ajibata (berbatasan dengan parapat), pulau Samosir, Pakkat, serta Sarulla. Batak ada 6 sub suku batak yaitu batak karo, batak pakpak, batak simalungun, batak toba, batak angkola, dan batak mandailing. Kumpulan masyarakat ini disatukan oleh kesamaan dalam hal bahasa, adat istiadat, dan dan juga kepercayaan bahwa mereka berasal darisatu nenek moyang yang sama yaitu siraja batak. Masyarakat batak merupakan masyarakat perantau yang diwarisi dengan sifat pekerja keras, berani jujur dan pantang menyerah. Keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik lalu ditanamkan kepada generasi muda sehingga demi mencapai keinginan seorang pemuda atau pemudi harus bersedia meninggalkan kampung halaman tercinta untuk merantau ke negeri orang yang jauh. Akan tetapi kerinduan terhadap kampong halaman masih akan selalu melekat didalam hatitak heran saat ini banyak orang batak yang berhasil dan sukses tersebar di seluruh penjuru dunia.

1)      Sejarah Batak Toba
Ø  Kerajaan Batak
Pada masa Kerajaan Batak yang berpusat di BakaraKerajaan Batak yang dalam pemerintahan dinasti Sisingamangaraja membagi Kerajaan Batak dalam 4 (empat) wilayah yang disebut Raja Maropat, yaitu:
4.     Raja Maropat Toba

Ø  Penjajahan Belanda
Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah Belanda membentuk Keresidenan Tapanuli pada tahun 1910Keresidenan Tapanuli terbagi atas 4 (empat) wilayah yang disebut afdeling dan saat ini dikenal dengan kabupaten atau kota, yaitu:
2.     Afdeling Nias, yang sekarang menjadi Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.
3.     Afdeling Sibolga dan Ommnenlanden, yang sekarang menjadi Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga.

Ø  Penjajahan Jepang
Pada masa penjajahan Jepang, bentuk pemerintahan di Keresidenan Tapanuli hampir tak berubah.

Ø  Awal kemerdekaan RI
Setelah kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia pun tetap menjadikan Tapanuli menjadi sebuah keresidenan. Dr. Ferdinand Lumban Tobing merupakan Residen Tapanuliyang pertama.
Ada sedikit perubahan dilakukan pada nama. Namun pembagian wilayah tetap sama. Nama Afdeling Bataklanden misalnya diubah menjadi Luhak Tanah Batak dan luhak pertama yang diangkat adalah Cornelius Sihombing yang pernah menjabat sebagai Demang Silindung. Nama onderafdeling pun diganti menjadi urung dan para demang yang memimpin onderafdeing diangkat menjadi Kepala UrungOnderdistrik pun menjadi Urung Kecil yang dipimpin oleh Kepala Urung Kecil yang dulu adalah sebagai Assistent Demang.
Seiring dengan perjalanan sejarah, pemerintahan di Keresidenan Tapanuli pernah dibagi dalam 4 (empat) kabupaten, yaitu:
2.     Kabupaten Samosir
3.     Kabupaten Humbang
4.     Kabupaten Toba

Ø  Kultural Batak Toba
Batak Toba adalah suatu kesatuan kultural. Batak Toba tidak mesti tinggal diwilayah geografis Toba, meski asal-muasal adalah Toba. Sebagaimana suku-suku bangsa lain, suku bangsa Batak Tobapun bermigrasi kedaerah-daerah yang lebih menjanjikan penghidupan yang labih baik. Contoh, mayoritas penduduk asli Silindung adalah marga-marga Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea dan Lumbantobing. Padahal ke-enam marga tersebut adalah turunan Guru Mangaloksa yang adalah salah- seorang anak Raja Hasibuan diwilayah Toba. Demikian pula marga Nasution yang kebanyakan tinggal wilayah Padangsidimpuan adalah saudara marga Siahaan di Balige, tentu kedua marga ini adalah turunan leluhur yang sama. Batak Toba sebagai kesatuan kultural pasti dapat menyebar ke berbagai penjuru melintasi batas-batas geografis asal leluhurnya, si Raja Batak yakni wilayah Toba yang secara spesifik ialah Desa Sianjur Mulamula terletak di lereng Gunung Pusuk Buhit, kira-kira 45 menit berkendara dari Pangururan, Ibukota Kabupaten Samosir, sekarang.

Ø  Penyerahan kedaulatan awal 1950
Ketika penyerahan kedaulatan pada permulaan 1950Keresidenan Tapanuli yang sudah disatukan dalam Provinsi Sumatera Utara dibagi dalam 4 (empat) kabupaten baru, yaitu:
2.     Kabupaten Tapanuli Tengah (sebelumnya Kabupaten Sibolga)
4.     Kabupaten Nias

Ø  Sekarang
Pada Desember 2008 ini, Keresidenan Tapanuli disatukan dalam Provinsi Sumatera Utara. Toba saat ini masuk dalam wilayah KabupatenToba Samosir yang beribukota di Balige.
Kabupaten Toba Samosir dibentuk berdasarkan Undang-Undang No 12. Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal, di Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Toba Samosir ini merupakan pemekaran dari Daerah Tingkat II Kabupaten Tapanuli Utara.

1)      Agama – agama di Batak Toba
Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi sumatera selatan . Agama kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebaranya meliputi sumatera utara. Walaupun demikian banyak sekali masyarakat batak di daerah pedesaan yang masih mempertahankan konsep asli religi penduduk batak. Ugamo Malim adalah agama asli yang dianut Bangso Batak sebelum agama Islam, Kristen dan Katolik dianut sebagian besar Batak Toba. Penganut Ugamo Malim disebut Parmalim, pimpinan tertinggi Ugamo Malim adalah Raja Sisingamangaraja I-XII. Saat ini Parmalim yang tersisa di Tano Batak hanya sekitar 10.000 orang. Ugamo Malim terpusat di Huta Tinggi, Laguboti Kabupaten Tobasa. Pimpinan Parmalim bernama Raja Marnangkok Naipospos, meneruskan kepemimpinan Raja Sisingamangaraja Sinambela XII.
Yang menarik adalah Ugamo Malim ini memiliki banyak kesamaan dan kemiripan dengan Agama Yahudi Kuno. Ugamo Malim telah diturunkan dari generasi ke generasi oleh Leluhur Bangso Batak (30-35 generasi) berdasarkan Tarombo (Silsilah) yang dimiliki Bangso Batak, satu generasi sekitar 25 tahun.
Tuhan dalam kepercayaan Malim adalah "Debata Mula Jadi Na Bolon" (Tuhan YME) : bertempat tinggal dilangit dan merupakan maha pencipta, yang menciptakan manusia, langit, bumi dan segala isi alam semesta yang disembah dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukanya oleh "Umat Ugamo Malim" ("Parmalim"). Agama Malim terutama dianut oleh suku Batak Toba di provinsi Sumatera Utara. Sejak dahulu kala terdapat beberapa kelompok Parmalim namun kelompok terbesar adalah kelompok Malim yang berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan Laguboti, Kab. Toba Samosir. Hari Raya utama Parmalim disebut Si Pahasada (yaitu '[bulan] Pertama') serta Si Pahalima (yaitu '[bulan] Kelima) yang secara meriah dirayakan di kompleks Parmalim di Huta Tinggi. Pimpinan Parmalim saat ini Raja Marnangkok Naipospos. Lalu ada jua kepercayaan “Siloan Na Balom : berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus. Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa orang batak mengenal tiga konsep yaitu : Tondi: jiwa atau roh; Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang; Begu : Tondinya orang yang sudah mati. Orang batak juga percaya akan kekuatan sakti dari jimat yang disebut Tongkal.

2)      Nilai – nilai dan Keyakikan Batak Toba
Menurut pandangan orang Batak Toba, kebudayaan memiliki sistem nilai budaya yang amat penting, yang menjadi tujuan dan pandangan hidup mereka secara turun temurun yakni kekayaan (hamoraon) adalah harta milik berwujud materi maupun non materi yang diperoleh melalui usaha atau warisan, banyak keturunan (hagabeon) juga termasuk dalam kategori kekayaan karena banyak keturunan ialah mempunyai banyak anak, cucu dan termasuk kepada pemilikan tanah atau ternak dan kehormatan (hasangapon) merupakan pengakuan dan penghormatan orang lain atas wibawa dan martabat seseorang. Metode pencapaian pandangan hidup ini diatur oleh struktur sosial “Dalihan na tolu” yang keberadaannya berdasarkan sistem garis keturunan patrilinear (garis bapak) berwujud marga. Kemudian, aplikasi stuktur itu dijabarkan di dalam sisitem sosial berupa tatanan adat istiadat, kepercayaan dan idealisme.

3)      Rumah Adat Batak Toba
Rumah ini memiliki bentuk berupa bangunan empat persegi panjang yang ditempati oleh 5 sampai 6 keluarga dan dihiasi ukiran khas Batak seperti ornamen yang mengandung unsur mistis penolak bala yang disebut Gorga. Biasanya ukiran ini ditempatkan di dinding rumah bagian luar, lebih tepatnya di atas pintu berupa lukisan berwarna merah, hitam, dan putih.
Lukisan tersebut biasanya berupa hewan seperti cicak, ular ataupun juga kerbau. Gorga yang dilukis dengan hewan cicak, memiliki arti bahwa orang Batak mampu bertahan hidup dimanapun ia berada, walaupun sedang merantau ke daerah yang sangat jauh. Hal ini dikarenakan orang Batak mempunyai rasa persaudaraan yang sangat kuat dan tidak terputus antara sesama sukunya meski berada di tempat atau di daerah lain.
Sementara itu, untuk Gorga yang dilukis dengan gambar kerbau, memiliki makna sebagai ucapan terima kasih atas bantuan kerbau yang telah membantu kaum manusia dalam pekerjaan ladang pertanian. Rumah ini mempunyai keindahan yang dapat dilihat dengan jelas. Keindahan yang ada pada rumah adat Batak ini juga merupakan ciri khas tersendiri.
Keindahan lain terletak pada pelindung rumah yang memiliki dua ujung berbentuk lancip di bagian depan dan juga di bagian belakang atap rumah. Akan tetapi, pada bagian belakang dari atap rumah pelindung ini lebih panjang. Hal ini dikarenakan orang Batak mempercayai bahwa hal tersebut berguna agar keturunan dari pemilik rumah tersebut nantinya akan lebih sukses dari saat ini.
Bentuk rumah ini layaknya rumah panggung yang ditopang oleh tiang-tiang penyangga dengan tinggi sekitar 1,75 meter. Tingginya tiang-tiang penopang rumah ini menyebabkan penghuni rumah atau tamu yang hendak masuk ke dalam rumah harus menggunakan tangga dengan jumlahnya yang selalu ganjil. Tangga rumah ini terletak di tengah-tengah badan rumah, sehingga jika ada tamu yang ingin masuk harus menunduk untuk berjalan ke tangga.
Hal ini memiliki filosofi, seseorang harus menghormati tuan rumah dengan cara menunduk saat memasukinya. Bagian dalam rumah ini adalah sebuah ruang kosong besar dan terbuka tanpa kamar. Sedangkan tiang-tiang dasar digunakan untuk menopang tiap sudut rumah, termasuk juga lantai dari rumah ini.
Rumah ini memiliki atap yang melengkung pada bagian depan dan belakang, dan atap berbentuk seperti pelana kuda. Rumah ini memiliki kolong yang digunakan sebagai tempat memelihara hewan seperti kerbau, ayam, dan sebagainya.

4)      Upacara Adat di Batak Toba
A.    Upacara Kelahiran
1.      Upacara adat Mangirdak atau Mangganje atau Mambosuri boru (adat tujuh bulanan).
Upacara adat Mangirdak adalah upacara yang diterima oleh seorang ibu yang usia kandungannya tujuh bulan. Dalam suku batak apabila seorang putra batak menikah dengan dengan seorang perempuan baik dari suku yang sama maupun yang beda, ada beberapa aturan atau kebiasaan yang harus dilaksanakan. Sebagai contoh, seorang putra batak yang bermarga Pardede menikah maka sudah merupakan kebiasaan jika orangtua dari istri disertai rombongan dari kaum kerabat datang menjenguk putrinya dengan membawa makanan ala kadarnya ketika menjelang kelahiran, hal kunjungan ini disebut dengan istilah Mangirdak (membangkitkan semangat). Makna spiritualitas yang terkandung adalah kewibawaan dari seorang anak laki-laki dan menunjukkan perhatian dari orangtua si perempuan dalam memberikan semangat.
2.      Pemberian Ulos Tondi
Ada juga kerabat yang datang itu dengan melilitkan selembar ulos yang dinamakan ulos tondi (ulos yang menguatkan jiwa ke tubuh si putri dan suaminya). Pemberian ulos ini dilakukan setelah acara makan. Makna spiritualitas yang terkandung adalah adanya keyakinan bahwa pemberian ulos ini dapat memberikan ataupun menguatkan jiwa kepada suami istri yang baru saja mempunyai kebahagiaan dengan adanya kelahiran.
3.      Martutu Aek .
Pada hari ketujuh setelah bayi lahir, bayi tersebut dibawa ke pancur dan dimandikan dan dalam acara inilah sekaligus pembuatan nama yang dikenal dengan pesta Martutu Aek yang dipimpin oleh pimpinan agama saat itu yaitu Ulu Punguan. Hal ini telah ditentukan oleh sibaso tersebut dan dilakukan pada waktu pagi-pagi waktu matahari terbit kemudian sang ibu menggendong anaknya yang pergi bersama-sama dengan rombongan para kerabatnya menuju ke suatu mata air dekat kampung mereka. Setelah sampai disana, bayi dibaringkan dalam keadaan telanjang dengan alaskan kain ulos. Kemudian sibaso menceduk air lalu menuangkannya ke tubuh si anak, yang terkejut karenanya dan menjerit tiba-tiba. Melalui ritus ini, keluarga menyampaikan persembahan kepada dewa-dewa terutama dewi air Boru Saniang Naga yang merupakan representasi kuasa Mulajadi Nabolon dan roh-roh leluhur untuk menyucikan si bayi dan menjauhkannya dari kuasa-kuasa jahat sekaligus meminta agar semakin banyak bayi yang dilahirkan (gabe). Upacara martutu aek biasanya dilanjutkan dengan membawa si bayi ke pekan (maronan, mebang). Kita tahu pada zaman dahulu pekan atau pasar (onan) terjadi satu kali seminggu. Onan adalah simbol pusat kehidupan dan keramaian sekaligus simbol kedamaian. Orangtua si bayi akan membawa bayi ke tempat itu dan sengaja membeli lepat (lapet) atau pisang di pasar dan membagi-bagikan kepada orang yang dikenalnya sebagai tanda syukur dan sukacitanya. Pada acara marhata sesudah makan, maka diumumkan lah nama si bayi. Bila anak yang lahir ini adalah anak pertama maka sudah biasa bila ada pemberian sawah oleh orangtua serta mertua untuk modal kerja . Namun pada saat pemberian nama pada waktu itu, peran dari sibaso sangat besar karena keluarga meminta rekomendasi sibaso untuk sebuah nama, jika sibaso tidak menyetujui nama yang dianggapnya tidak baik maka orangtua dari si bayi pun akan mengganti nama itu. Makna spiritualitas yang terkandung adalah memberikan kekuatan kepada tubuh si anak yang lahir dimana dengan adanya persembahan-persembahan kepada dewi air Boru saniang naga sehingga si anak kelak mempunyai daya tahan tubuh yang kuat dan tidak mudah terserang penyakit.
4.      Upacara adat Mangharoan.
Upacara adat mangharoan (dibaca:Makkaroan) adalah upacara adat yang dilaksanakan setelah dua minggu kelahiran bayi untuk menyambut kedatangan bayi tersebut dalam keluarga tersebut. Ada kalanya diadakan lagi makan bersama ala kadarnya di rumah keluarga yang berbahagia itu yang dikenal dengan istilah mengharoani (menyambut tibanya sang anak). Ada juga yang menyebutnya dengan istilah mamboan aek si unte karena pihak hula-hula membawa makanan yang akan memperlancar air susu sang ibu. Makna spiritualitas yang terkandung adalah yaitu menunjukkan kedekatan dari hula-hula terhadap si anak yang baru lahir dan juga terhadap si ibu maupun ayah dari si anak itu.

5.      Upacara adat Marhajabuan.
Upacara adat marhajabuan adalah upacara adat pernikahan sesuai dengan adat Batak Toba, marhajabuan(berumah-tangga) artinya setiap masyarakat batak yang akan berumah tangga atau menikah harus melalui sebuah pesta adat tidak boleh hanya dibaptis di gereja atau hanya sekedar akad nikah. Acara ini akan dihadiri oleh seluruh sanak keluarga dari pihak pria maupun wanita dan diadakan pemberian ulos kepada pasangan yang menikah. sudah tidak dilakukan lagi karena dianggap tidak sesuai dengan ajaranagama.

A.    Upacara Kematian
1.      Sari Matua adalah istilah dimana seseorang yang meninggal dunia apakah suami atau isteri yang sudah bercucu baik dari anak laki-laki atau putri atau keduanya, tetapi masih ada di antara anak-anaknya yang belum kawin (hot ripe).
2.      Saur Matua adalah istilah dimana seseorang yang ketika meninggal dunia dalam posisi “Titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru”. Tetapi sebagai umat beragama, hagabeon seperti diuraikan diatas, belum tentu dimiliki seseorang. Artinya seseorang juga berstatus saur matua seandainya anaknya hanya laki-laki atau hanya perempuan, namun sudah semuanya hot ripe dan punya cucu.
3.      Mauli Bulung adalah istilah dimana seseorang yang meninggal dunia dalam posisi titir maranak, titir marboru, marpahompu sian anak, marpahompu sian boru sahat tu namar-nini, sahat tu namar-nono dan kemungkinan ke marondok-ondok (Seseorang yang beranak pinak, bercucu, bercicit mungkin hingga ke buyut). yang selama hayatnya, tak seorangpun dari antara keturunannya yang meninggal dunia (manjoloi). Dapat diprediksi, umur yang Mauli Bulung sudah sangat panjang, barangkali 90 tahun keatas, ditinjau dari segi generasi. Mereka yang memperoleh predikat mauli bulung sekarang ini sangat langka.
4.      Martilaha (anak yang belum berumah tangga meninggal dunia).
5.      Mate Mangkar (yang meninggal suami atau isteri, tetapi belum berketurunan).
6.      Matipul Ulu (suami atau isteri meninggal dunia dengan anak yang masih kecil-kecil).
7.      Matompas Tataring (isteri meninggal lebih dahulu juga meninggalkan anak yang masih kecil).
8.      Mangokal Holi (menggali tulang belulang orang yang sudah meninggal selama 10-15 tahun). Untuk menyatukan tulang belulang orang yang sudah meninggal tadi dengan keluarganya yang lain dalam suatu kuburan adat dalam bentuk rumah.

5)      Tarian di Batak Toba
·         Pengertian Tari Tortor Tarian Daerah Batak Toba Sumatera Utara.
Tari Tortor ini merupakan jenis tarian purba yang dapat dijumpai di daerah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir dan Samosir. Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain. Tari Tor-tor juga mengalami pengaruh dari luar yaitu India. Bahkan jika ditelusuri lebih jauh pengaruhnya bisa tercatat hingga ke Babilonia.
Kata "Tor-tor" berasal dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan Gondang. Tarian ini biasa ditampilkan saat ada ritual panen, kematian, dan penyembuhan.

·         Arti Tari Tortor
Menurut sejarah, tari tortor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh. Roh tersebut dipanggil dan masuk ke patung-patung batu yang merupakan simbol leluhur. Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku. Gerakan tersebut berupa gerakan kaki jinjit-jinjit dan gerakan tangan.


·         Jenis Tari Tortor
Berikut jenis tari Tortor :
1.      Tari tor tor Pangurason (tari pembersihan). Tari ini biasanya digelar pada saat pesta besar. Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk purut agar jauh dari mara bahaya.
2.      Tari tor tor Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan). Tari ini biasa digelar pada saat pengukuhan seorang raja. Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).
3.      Tari tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya ritual. Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda musibah. Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah, dan Benua bawah.

6)      Lagu
1.      Lagu Anakkon Hi, Do Hamoraoan  di Au. Lagu ini mengajarkan tentang bagaimana merawat dan mendidik anak dengan benar.
Makna lagu Anakkon Hi, Do Hamoraoan  di Au menekankan bahwa pendidikan anak merupakan hal yang paling utama di atas segalanya. Tidak perlu beli baju baru, mainan atau perhiasan yang penting anak bisa sekolah setinggi-tingginya.

Kutipan Lirik:
Hugogo pe mansari, arian nang bodari ndada pola marsak au disi, alai anakkonhi da ikkon do sikkola sikkap sian natolap gogoki. Nang so Tarithon au pe akka dongan ndada pola marsak au di si. Marsedan marberlian, marcincin nang margolang, nadada pola marsak au disi (Aku kerja siang malam, tak masalah asalkan anakku bisa sekolah sekuat tenagaku. Walaupun aku tak bisa mengikuti gaya hidup teman-temanku, aku tidak masalah. Beli sedan, Koleksi berlian, Cincin atau Gelang,Tak masalah bagiku)
Lagu mungkin yang memberikan inspirasi pada masyarakat Batak yang sampai saat ini sangat mempedulikan pendidikan anak-anaknya.
2.      Lagu Anakku Naburju bercerita tentang kisah sukses diperantauannya. Anak tersebut meraih kesuksesan setelah tekun dan ulet dalam menggapai cita-cita. Mungkin lagu inilah yang banyak menginsipirasi orang Batak. Kebanyakan masyarakat Batak memiliki prinsip tidak akan pulang ke kampung halaman jika belum sukses di perantauan.

Kutipan Lirik:
Dung Hupaborhat Ho, namarsikkola I tuluat nadao I amang, benget do ho amang, benget do ho manaon nahansit i. anggiat ma ture sude hamu pinoppar hi amang, marsiamin-aminan, marsitukkol-tukkolan, songon suhat dirobeani
(Setelah kuberangkatkan sekolah ke kota yang jauh, engkau bijak dan tekun belajar dan tahan hidup dengan ala kadarnya. Semoga kehidupan kalian semakin baik anakku, dan saling tolong-menolong dan mengasihi).
3.      Lagu Boru Panggoran merupakan lagu yang sangat populer dan sarat dengan makna serta pesan moral. Dalam masyarakat Batak, keberadaan laki-laki itu sangat penting dalam perannya memimpin keluarga. Oleh karena itu terkadang bila ada keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki dipandang sebelah mata.
Lagu Boru Panggoran bercerita tentang harapan orang tua pada putrinya agar selalu berusaha untuk meraih sukses walaupun banyak tantangan yang harus dihadapi.

Kutipan Lirik:
Ho Do Borukku, tappuk ni ate-ateki. Tappuk ni pusu-pusuki. Burju-burju Ma Ho namarsikkola I, asa dapot ho nasinitta ni rohami”
(Engkaulah Putriku, belahan hatiku. Rajinlah dan tekunlah belajar agar Cita-citamu tercapai di kemudian hari).
4.      Lagu Poda merupakan lagu yang sering dibawakan masyarakat Batak dalam acara-acara keberhasilan seseorang atau ketika ada yang baru berangkat di perantauan. Lagu ini bercerita tentang nasehat orang tua kepada anaknya agar selalu berbuat baik dan bisa menjaga diri.

Kutipan Lirik:
Ai Damang Do sijujung Baringin,Di au Amangmon. Jala Ho Silehon Dalan Di angggi Ibotomi, Ipe Ingot maho amang, di akka Podakki, asa taruli ho di luat nadao I
(Kaulah anakku pembawa harapan untukku ayahmu, Kau jugalah yang membuka jalan sukses untuk adek-adekmu, Ingatlah nasehatku ini supaya hidupmu bahagia di perantauan).

7)      Musik
Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian.(wikipedia)
Alat musik tradisional merupakan alat musik yang berkembang dalam masyarakat tertentu, biasanya musik tradisional sangat berkaitan erat dengan adat istiadat suatu suku/etnis
Untuk mendeskripsikan musik dan ensambel musik, baik yang solo instrumen, pendekatan yang dilakukan adalah bersifat organologi dengan sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan Horn von Bostel dan Curt Sach yang membagi alat musik berdasarkan lima kategori besar, yaitu :
1.     Idiofon, yaitu alat musik dengan karakter dimana badannya sendiri yang menghasilkan bunyi utama.
2.     Kordofon, yaitu alat musik yang suaranya dihasilkan akibat getaran senar atau dawai.
3.      Membranofon, yaitu alat musik yang menghasilkan bunyi dari getaran membran atau kulit.
4.      Aerofon, yaitu alat musik yang menghasilkan bunyi akibat getaran udara.
5.      Elektrofon, yaitu alat musik yang bunyinya berdasarkan kekuatan listrik.
Contoh musik batak : Musik Gondang (Gondang Marnini Marnono) biasanya digunakan pada saat adat pernikahan suku batak. Alunan lagu yang hanya memakai Gondang (alat musiknya). Fungsi Gondang itu sebagai permohonan kepada yang Maha Kuasa agar pengantin diberikan kelanggengan dalam pernikahannya sampai beranak cucu.

8)      Seni
·         Seni Tari
Tari Tortor menjadi salah satu kesenian yang paling menonjol dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba. Manortor (menari, bahasa Batak Toba) merupakan lambang bentuk syukur kepada Mulajadi Nabolon, dewa pencipta alam semesta, dan rasa hormat kepada hula-hula dalam konsep kekeluargaan mereka. Oleh karena itu, tari ini biasanya dilakukan dalam upacara ritual, ataupun dalam upacara adat, seperti acara pernikahan.
·         Seni Musik
Sejumlah alat musik juga menjadi bagian dalam pelaksanaan upacara ritual dan upacara adat dalam kebudayaan orang-orang Batak Toba. Dua jenis ansambel musik, gondang sabangunan dan gondang hasapi merupakan alat musik tradisional yang paling sering dimainkan. Menurut mitologi etnik Batak Toba, kedua alat musik tersebut merupakan milik Mulajadi Nabolon, sehingga harus dimainkan untuk menyampaikan permohonan kepada sang dewa.
·         Seni Kerajinan
Martonun, atau keterampilan dalam membuat kais ulos dengan alat tenun tradisional, merupakan salah satu seni kerajinan dalam tradisi adat Batak Toba, yang hingga saat ini masih bisa dijumpai di pedalaman Pulau Samosir dan daerah-daerah lainnya di sekitar Danau Toba. Masyarakat Batak Toba melakukan berbagai seni kerajinan sesuai dengan peran dan fungsinya dalam struktur adat dan religi yang mereka percaya.
·         Seni Sastra
Ada banyak seni sastra yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, meliputi sastra lisan dan sastra tulisan. Beragam cerita rakyat, seperti terjadinya Danau Toba dan Batu Gantung, menjadi legenda yang sampai saat ini masih bisa kita dengar. Pantun-pantun yang disebut umpasa juga ada dalam kebudayaan Batak Toba, yang menjadi kearifan lokal etnik tersebut. Semua seni sastra itu memiliki makna filosofis dalam kehidupan mereka.
·         Seni Rupa
Seni pahat dan seni patung menjadi keterampilan utama dalam seni rupa tradisional yang hidup di Batak Toba. Ukiran-ukiran yang terdapat gorga atau ornamen rumah adat mereka, menjadi bukti keindahan dari seni pahat masyarakat Batak Toba. Sedangkan, seni patung bisa dilihat dari banyak peralatan tradisional, seperti sior dan hujur (panah), losung gaja (lesung besar), serta parpagaran dan sigale-gale (alat untuk memanggil kekuatan gaib).
Contoh : Gorga Gajah Dompak ini bermakna sebagai simbol kebenaran bagi orang batak, artinya manusia mengetahui hukum yang benar yang diturunkan oleh Tuhan atau dalam bahasa bataknya Mula Jadi Na Bolon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar