A.
Sikap dan Keyakinan Saya pada Budaya Batak Toba
Menurut saya dalam menyikapi kebudayaan batak toba adalah
saya kurang menyukai pendapat orang lain tentang sikap orang batak yang kasar,
sebenarnya tidak semua orang batak kasar. Mungkin karena nada orang batak dalam
berbicara yang besar maka semua orang berfikir bahwa orang batak kasar,
sebanarnya hanya suaranya saja yang besar tetapi orang batak sebenarnya baik
dan penyayang. Selain itu saya menyukai sikap orang batak yang sangat tegas dan
bertanggung jawab, karena memang benar adanya orang batak yang saya kenal baik
seperti itu.
Keyakinan saya terhadap batak toba adalah saya tidak
begitu menyukai agama yang dianut batak toba sejak dulu karena tidak
mencerminkan nilai-nilai keagamaan yang ada sekarang ini, tetapi kembali lagi
kepada masyarakat batak toba yang sudah mempercayai keyakinan itu sejak dulu
kala dan tidak mudah untuk beralih dari keyakinan yang sudah diyakini sejak
lama.
B.
Keterampilan yang Harus Dimiliki Konselor Jika Melihat
Karakteristik, Watak dan Kepribadian Budaya Batak Toba
Para konselor lintas budaya yang tahu tentang
kesamaan humanity harus dapat mengidentifikasi physical sensation dan psychological
states yang dialami oleh klien. Konselor lintas budaya hendaknya dapat
melakukan tugasnya secara efektif, maka untuk itu konselor perlu memahami
bagaimana dirirnya sendiri menyadari world view-nya dan dapat world view klien.
Sikap konselor dalam melaksanakan hubungan konseling akan menimbulkan
perasaan-perasaan tertentu pada diri klien, dan akan menentukan kualitas dan
keefektifan proses konseling. Oleh karena itu, konselor harus menghormati sikap
klien, termasuk nilai-nilai agama, kepercayaan, dan sebagainya. Sue, dkk (1992)
mengemukakan bahwa konselor dituntut untuk mengembangkan tiga dimensi
kemampuan, yaitu:
·
Dimensi keyakinan dan sikap
·
Dimensi pengetahuan
·
Dimensi keterampilan sesuai
dengan nilai-nilai yang dimilki individu
Sementara itu, Rao (1992) mengemukakan bahwa jika
klien memiliki sifat atau kepercayaan yang salah atau tidak dapat diterima oleh
masyarakat dan konselor akan hal tersebut, maka konselor boleh memodifikasi
kepercayaan tersebut secara halus, tetapi apabila kepercayaan klien berkaitan
dengan dasar filosofi dari kehidupan atau kebudayaan dari suatu masyarakat atau
agama klien, maka konselor harus bersikap netral, yaitu tidak mempengaruhi
kepercayaan klien tetapi membantunya untuk memahami nilai-nilai pribadinya dan
nilai-nilai kebudayaan tersebut.
1.
Keyakinan
Konselor harus yakin bahwa klien membicarakan
martabat persamaan (hak) dan kepribadiannya. Konselor percaya atas kata dan
nilai-nilai klien. Di samping itu juga yakin bahwa klien membutuhkan kebebasan
dan memiliki kekuatan serta kemampuan untuk mencapai tujuan.
2.
Nilai-nilai
Konselor harus bersikap netral terhadap nilai-nilai
terhadap nilai-nilainya. Konselor tidak menggunakan standar moral dan sosial
berdasarkan nilai-nilainya. Dalam hal ini konselor harus memiliki keyakinan penuh
akan nilai-nilainya dan tidak mencampurkan nilai-nilainya dengan nilai-nilai
klien.
3. Kemampuan
berempati.
Dapat merasakan dan menggambarkan pikiran dan perasaan klien. Empati ini
dapat dirasakan oleh kedua belah pihak, baik oleh konselor maupun oleh klien.
4. Kemampuan
menerima klien.
Dasar dari kemampuan ini adalah penghargaan dan
penerimaan konselor terhadap klien dengan menunjukkan pada klien bahwa klien
dihargai sebagai pribadi dengan suasan yang menyenangkan. Penerimaan tersebut
bersifat wajar tanpa dibuat-buat oleh konselor. Dua unsur yang perlu diingat
dalam menerima klien, yaitu : konselor berkehendak untuk membiarkan adanya
perbedaan antara konselor dan klien, dan yang kedua konselor menyadari bahwa
pengalaman yang akan dilalui klien akan penuh dengan perjuangan, pembinaan dan
perasaan.
5. Kemampuan
untuk menghargai klien.
Seorang konselor harus meghargai pribadi klien tanpa syarat apa pun. Apabila
rasa penghargaan dirasakan klien, maka ia akan berani mengemukakan segala
masalahnya sehingga timbul keinginan bahwa dirinya berharga untuk
mengmbil keputusan bagi dirinya sendiri.
6. Kemampuan
memperhatikan.
Kemampuan memperhatikan ini memerlukan ketermpilan dalam mendengar dan
mengamati untuk dapat mengetahui dan mengerti inti dari isi dan
suasana perasaan bagaimana yang diungkapkan klien baik dalam kata-kata maupun
isyarat.
7. Kemampuan
membina keakraban.
Keakraban ini akan tumbuh terus-menerus dan terbina dengan baik
apabila konselor menciptakan dan mengembangkan hubungan konseing yang hangat
dan benar-benar menaruh perhatian dan menerima klien dengan positif
tanpa paksaan sehingga hubungan yang nyaman dan serasi antara konselor dangan klien
dapat terbina.
8. Sifat
keaslian (genuine).
Seorang konselor konseling berpusat pada person harus mamperlihatkan sikap
aslinya dan tidak berpura-pura karena kepura - puraanya justru membuat klien
menutup diri.
9.
Pemahaman
Konselor memahami klien secara jelas. Dalam hal ini
ada empat tingkatan pemahaman, yaitu (1) pengetahuan tentang tingkah laku,
kepribadian, dan minat-minat individu, (2) memahami kemampuan intelektual dan
kemampuan verbal individu, (3) pengetahuan mengenai dunia internal individu,
dan (4) pemahaman diri yang meliputi keseluruhan tingkatan tersebut.
10. Sikap
terbuka.
Konseling berpusat pada klien mengharapkan adanya keterbukaan klien untuk
mengemukakan segala masalahnya maupun untuk menerima pengalaman-pegalaman.
Keterbukaan ini akan terwujud apabila ada keterbukaan dari koselor.
C.
Ceritakan Karakteristik, Watak dan Kepribadian Kalian
yang Dipengaruhi oleh Budaya Batak Toba
Karakteristik,
Watak dan Kepribadian Budaya Batak Toba
1)
Kejujuran nomer satu.
2)
Adatnya kuat (dikarenakan faktor
keluarga).
3)
Keras (bukan berarti suara dan
hatinya juga keras).
4)
Susah melupakan kesalahan orang
lain.
5)
Tidak sabaran (walau kadang suka
ditutup-tutupi).
6)
Paling tidak suka yang namanya
menunggu.
7)
Kebanyakan setia sama satu
pasangan. 1 Hati Untuk 1 Cinta.
8)
Mandiri tidak suka terlalu
tergantung sama orang lain, baik keluarga ataupun teman dan pacar.
9)
Harga dirinya tinggi.
Menurut saya
karakteristik, watak dan kepribadian budaya batak diatas sangat mempengaruhi
saya. Karena orang tua saya juga mengajarkan kejujuran dari kecil, walau kadang
saya suka berbohong. Lalu orang tua saya juga suka mengajarkan saya tentang
adat istiadat budaya batak toba, dari situ saya sangat suka bila mendengar
orang tua saya sedang berbicara dengan bahasa batak dan membicarakan seputar
batak toba.
Saya orang yang
sangat keras karena kebiasaan dari keluarga yang seperti itu, saya orang yang
egois, tidak mau mengalah karna saya adalah anak bungsu dikeluarga saya, jadi
saya terbiasa untuk mendapatkan apa yang saya mau. Tetapi saat saya umur
12tahun saya memiliki adik, sejak itu saya tidak terlalu dimanjakan oleh orang
tua saya, tapi saya tetap manja kepada kakak-kakak saya dan mama saya. Dirumah
kami biasa menggunakan suara besar karna bapa saya orang yang mudah emosian,
jadi kalau ada yang sedang dipanggil tidak mendengar bapa saya akan teriak
untuk memanggilnya dengan nada yang lebih tinggi.
Saya orang yang
suka memendam dan susah untuk melupakan kesalahan orang lain terhadap saya
apalagi kesalahannya fatal bagi saya. Saya orang yang cukup sabar jika menunggu
seseorang yang janjian dengan saya di suatu tempat, tapi saya tidak sabaran
jika menunggu orang yang sedang belanja. Saya tidak terlalu mandiri, karna dari
kecil saya selalu dimanja dan tidak terbiasa untuk tinggal jauh dari orang tua.
Ketika jauh dari orang tua saya, saya akan merasa sedih dan bersikap semau
saya. Saya memiliki harga diri yang tinggi dan tidak mau kalah dengan orang
lain dalam segala hal, walau kadang saya sering iri hati dengan orang lain.
Walaupun saya tau salah karna memiliki rasa iri hati itu dilarang oleh Tuhan,
agama dan orangtua saya. Tetapi bagaimana pun saya tetap seorang manusia biasa
yang memiliki kekurangan dan tidak sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar